Hari ini
bertepatan tanggal 11 juni 2013 adalah Independent Day-nya bang Fajar Okta
Widarta. Kami selaku kerabat kerja beliau di bimbingan belajar Sony Sugema
College, ikut meramaikan acara walimah beliau di Desa Purwodadi, Nagan Raya.
Jadilah kami berangkat dari Banda Aceh jam 08.00 pagi. Pertamanya sih rencana
berangkat jam 07.00, tapi ngaret juga ceritanya. Aku yang sebelumnya nggak tau
pasti kunjungannya jadi apa nggak, mendadak packing setelah dapat sms dari Kak
dara bahwa keberangkatannya jam 7 pagi.
Akhirnya
sampai juga di SSC jam 07.30 (ngaret juga saya -_-). Disana beberapa tentor
udah mulai nampak batang hidungnya. Kebanyakan tentor ceweknya berdandan cantik
ala pesta. Olala, memang bener kata siswa dan orang-orang, tentor-tentor SSC
emang kece-kece. Kak inur dengan ligat meminta tolong bang Erik untuk
memasukkan sepeda motornya ke gedung SSC. Aku ikut-ikutan, minta tolong bang
Erik untuk masukkan sepeda motorku juga, tapi beliau hanya menoleh pada bang
Iwan. Akhirnya atas budi bang Iwan, sepeda motorku sukses diselamatkan. Aku
baru ingat, sebelumnya sempat beli kue Nusa Indah 2 biji untuk bekal sarapan
pagi. Belum lagi kukeluarkan dari tas, kak Inah, tentor sebidang denganku malah
nodong minta makanan duluan. Akhirnya kami pun berbagi makanan. Disebelah kami
ada kak Elly dan kak Lia yang berebutan nasi bungkus. Selain itu, ada kak Inur
yang bawa bekal dari rumah, juga ikut dihampiri kak Inah. Memang kak Inah ahlul
makan deh. *peace kak :D
Sedang
enak-enaknya mengisi perut, muncullah dua orang kembar beda rupa. Keduanya pake
baju kemeja biru dongker. Dari tampangnya jadi inget gedung SSC jadul yang di
sebelah kimia farma. Lama banget udah. Merekalah tentor dewa bang Andi dan satu
lagi bang ‘belum tahu namanya’. Akhirnya tahu juga dari orang-orang kalo nama
beliau Faisal, mengajar di sekolah yang sama dengan bang Andi, yaitu di Fatih
Bilingual School Putra.
Selagi
nanya-nanya masalah kendaraan apa yang ditumpangi, aku merasa ada yang nggak
enak. Ada apa dengan perutku? Oh, benar-benar nggak tau sikon perut ini.
Akhirnya aku berlari ke dalam gedung. Toilet mana toilet? Di depan toilet
sempat berebutan masuk dengan Bang Andi yang memiliki misi yang sama. Akhirnya
dengan penuh kewibawaan bang Andi mengalah demi juniornya. Namun belum sempat
lama bersemedi di dalamnya, sebuah suara mengejutkanku.
“Kita berangkat, mobil udah
datang”
Buru-buru aku selesaikan semua
urusan dan berhamburan ke luar gedung. Ada 3 kijang innova yang siap menghantar
kami. Dua berwarna hitam, satu berwarna putih. Aku pun ikut masuk innova putih
yang notabene semua cewek, kecuali sopirnya. Di depan ada innova hitam berisi
orang-orang manajemen dan beberapa orang tentor. Di belakang, innova satunya
lagi memuat tentor cowok. Tak jadi langsung berangkat karena harus nunggu dua
orang tentor lagi. Karena perjalanan jauh, beberapa orang sudah menyiapkan
jurus antimonya. Sambil menunggu, kami, penumpang innova putih, melongok ke
arah luar mobil. Terlihatlah 3 orang yang sedang melakukan ‘pengasapan’ (maaf,
istilahnya dikonotasikan demi menjaga aib saudara kita). Dua orang adalah sopir
dan satunya lagi, bang Andi! (nama orang ini akan terus hadir di part-part
selanjutnya, maklumlah, artis fenomenal! :D) Kak lia yang membawa camdig pun
dengan sigap mengabadikan momen itu, mungkin mau kasi liat ke calon-calon istri
bang Andi yang anti ‘pengasapan’ sebagai barang bukti.
3 tersangka 'pengasapan' :P |
Setelah
menunggu sekitar 15 menit, tibalah Zahra dan Ipit, dua tentor yang saat
dirindukan kedatangannya saat itu. Zahra udah berdandan anggun versi ‘zona
akhwat’, minjem istilah bang Erik. Ipit tiba-tiba panik. Ia lupa bawa jilbab
untuk di hijaber-kan. Dia bilang buru-buru pergi karena baru nyampe dari
kampung. Nelpon kak Mayda yang tinggalnya di Lhoknga untuk dimintai pinjam
jilbab. Akhirnya, yes! dapat. Transaksi penumpang pun berjalan express. Zahra
ikut mobil kami sedangkan Ipit masuk mobil orang manajemen.
Gadis2 penunggu Innova putih :D |
Mobil
manajemen berangkat duluan untuk jemput kak Mayda. Tak lama, dua mobil yang
lainnya pun menancap gas. Rupanya hujan ikut menemani perjalanan kami kali ini.
Sempat khawatir juga dengan jalanan licin dan rentan longsor di daerah Gurutee.
Berdoa pun dimulai. Sepanjang perjalanan, kami tim innova putih berhaha-hihi
riang. Kak Lia kumat narsisnya, dikeluarkanlah camdig yang memuat barang bukti
bang Andi. Dan nggak perlu nunggu lama, narsismepun mewabahi
penumpang-penumpang yang lain. Setelah capek bernarsis ria, aku pun
menghabiskan banyak waktu untuk menatap pemandangan di luar sana. Alam Lhoknga
dan Gurutee yang memukau. Aku dan Kak Inah sempat memburu beberapa fotonya. Aku
sendiri lebih sibuk memfoto buliran air yang hinggap di kaca mobil. Ntah hapa!
-_-
percikan hujan di kaca mobil |
ombaknya gede :o |
Kak
Inah tiba-tiba mengeluarkan bekal makanan yang disumbang tim manajemen. Beliau
tersenyum-senyum malu sambil merobek plastik pembungkus snack itu. Nyam.nyam.
Aku ikut lapar juga. Kali ini aku membela diriku sendiri dari terjangan
penglihatan orang-orang yang melihatku makan tanpa henti.
“Hujan-hujan gini, metabolisme
memang berjalan lancar. Panas dihasilkan untuk menjaga suhu tubuh tetap normal”
ujarku disambut anggukan tentor lain yang kebanyakan biologi. Zahra yang tentor
kimia dan kak Elly tentor IPS selaku nyonya (sebutanku karena beliau duduk
paling depan menemani pak sopir) hanya diam.
“Ayo, kimia, sambung!” seru kak
Lia.
“Oh, kalo kimia, persamaan reaksinya
C6H1206 plus O2...blablabla.”
sambungku lagi berlagak tentor kimia.
Pembicaraan
pun berganti topik. Kak Inur berkisah tentang pengerokan emas dalam bumi yang
menyebabkan banjir dan longsor. Berhubung di luar hujan dan mungkin beliau
terinspirasi dari itu. Lalu kak Elly dengan humor jam dinding beralih fungsi
jadi kipas anginnya. Atau kak Lia yang curhat mengenai dua fans barunya di SSC,
hayoo.. siapa? Haha.
Oia,
hampir lupa! Disampingku duduk seorang kakak yang sebelumnya tak kukenal
namanya. Kusangka tentor juga, rupanya beliau mengelak. Nama beliau Fatma,
teman kak Inur,Bang Fajar dan kak Marlita Rahman (istri bang Fajar), yang
berarti kakak letingku juga di kampus. Aku, kak Inur, kak Lia, kak Inah, dan
Bang Fajar berasal dari fakultas yang sama dan aku adalah leting paling muda.
Sama-sama tentor biologi juga di SSC. Perkenalan pertama dengan kak Fatma berjalan
lancar, hingga cerita ini itu. Sambung menyambung bersama kak Inah yang juga
duduk di bangku paling belakang.
Kak
Inur dan kak Fatma tiba-tiba mabuk darat. Kak Inur bahkan hampir 3 ronde
mengeluarkan plastik dari saku bangku. Kak Fatma hanya sempat sekali
ber’gejolak’, istilah beliau. Aku disampingnya hanya bisa mengelus-ngelus punggungnya
tanpa melihat, takut ikut bergejolak juga. Kak inah pun berbakti dengan membukakan
aqua gelas untuk kak Fatma.
Memang
ada firasat nggak nyaman sebelumnya, entah gimana bentuknya. Dan benar saja!
Mobil yang kami tumpangi tiba-tiba menikung karena menghindari sebuah mobil
yang tiba-tiba membelok pelan tanpa menghidupkan lampu samping. Akhirnya kami
beserta mobil terjerembab ke daratan yang agak dalam. Kak Elly di depan sampai
basah kuyup karena air menggerayangi kakinya sebatas lutut. Bang sopir mengeluh
sakit di bagian pangkal pahanya. Kak Inur yang saat kejadian tertidur, sekilas mengalami
geger otak ringan. Kepalanya tertimpuk keras ke sandaran bangku di depannya.
Untungnya penumpang yang lain masih sadar, jadi tak ikutan geger otak. Kami pun
keluar dari mobil naas itu. Rombongan yang lainnya menyusul ke TKP. Mobil
terpaksa harus digerek keluar pakai mobil lain. Bapak yang mengendarai mobil
membelok itu ikut turun juga. Raut menyesal tergaris jelas di wajahnya dan beliau
bersedia tanggung jawab.
korban harus mengungsi sementara waktu |
mobil naas kami *model: kak lia |
bantuan datang |
Our hero finally comes *prok3 :P |
Sambil
menunggu mobil ditarik keluar dari TKP, kami menuju sebuah rumah di sebelah
jalan. Karena kondisi hujan lebat, kami harus mencari tempat berteduh. Tentor
dari mobil yang lainnya ikut bergabung, situasi penuh haru pun dimulai. Bang
Kana dengan sifat kebapakan bertanya apakah kami trauma? Anak-anak (baca:kami)
menggeleng. Bang Andi dan sopir tim Innovanya tiba di tempat. Mereka yang sudah
jauh melesat ke depan kembali lagi karena mendengar berita ini. Sedangkan
tentor cowok yang lain ditinggalkan di keude kupi kecil nun jauh depan sana.
Sebuah suara terdengar mengelu-elukan keheroik’an bang Andi, dkk. Ada bang
Kana, bang Hendra, dan tiga abang sopir Innova, yang rela berbasah-basahan
untuk membantu. Salut bener pokoknya!
Alhamdulillah
mobil dan awaknya tidak kenapa-napa. “sempat kenapa-napa, padahal kita belum
nikah” ujar kak Lia histeris. Yang lain menggangguk tanda seide. Mobil berhasil
ditarik keluar dan dibawa ke rumah tempat kami bernaung sementara. Setelah
diperiksa, rupanya ada yang mengganjil pada bannya, namun tidak mengganggu proses
jalan sepertinya. Kami pun akhirnya kembali menaiki mobil tersebut dengan
sedikit rasa was-was. Sesampai di keude kupi kecil nun jauh depan sana, suasana
haru sesyen dua. Tentor-tentor cowok yang sedang ‘pengasapan’ dan ngopi menoleh
ke arah kami. Bang Erik dengan gaya heroik dipaksakan datang menghampiri kaca
mobil.
“Lia, nggak apa-apa?” tanya beliau.
“huu, yang ditanya malah Lia aja” sorak yang lain dalam mobil. Lalu, bang Erik
memastikan bahwa beliau udah nelpon kak Lia berkali-kali karena khawatir. Kak
Lia mengelak bahwa bang Andi-lah yang pertama sekali menelpon dan langsung
datang ke tempat kejadian. Cinta segitiga dimulai. Ditengah perseteruan mereka, Zahra yang udah mulai membuka suara sejak
insiden mobil naas itu nyeletuk,
“Bang Erik gitu kali. Zahra nggak
ada siapa yang nelpon”
“Ah, kalo Zahra susah ntar, kan
Zona Akhwat” kata bang Erik lagi sambil mingkem. Hahaha. Udah terbentuk cinta
segi empat kayaknya. Ada-ada aja.
lokasi haru sesyen dua :D |
Kami pun ikut turun juga sekedar
untuk melihat dunia luar dan ikutan nongkrong sebentar di kedai itu. Hmm..
indah pemandangannya. Semula menjempret pemandangan, terakhir jepret orang
juga. -_- Fenomena mengejutkan lainpun hadir. Bang Hadis yang perannya tak
muncul dari pertama akhirnya menyembul. Terlihat asap-asap di samping beliau.
O, mungkin asap kopi panas, pikirku. Tapi, kenapa ada batang yang dibakar itu?
Ah benar saja! Bang Hadis melakukan pengasapan! Heboh sejagad raya! Sampe kak
Mayda dan Kak Dara, duo tentor English nggak sanggup mikir. Seorang bang Hadis
yang gimanaaaa gitu, ternyata!
Setelah
mengepul-ngepulkan asap bareng, kami pun beranjak lagi. Di tengah perjalanan,
mobil hening dengan musik menyala pelan. Kami semua tertidur, kecuali bang
sopir. Sekitar satu jam lebih, terbangun dan menyadari bahwa kami sudah landing
di mesjid Agung, mesjid termegah di Meulaboh. Semua keluar dari peraduan dan
mencari kamar mandi. Kegiatan dilanjutkan dengan Shalat Dhuhur, BAB, BAK,
wudhu, dandan, ganti baju de el el. Kak Mayda yang paling kisruh dengan
dandanannya. Semula dirias sama kak Elly, udah cantik. Selanjutnya, untuk
jilbab giliran Ipit sang hijaber yang bermain. Setelah mutar kain sana-sini,
kak Mayda kehilangan mood. Akhirnya beliau pake jurus jilbaban sendiri. Ciat.ciat!
jadi.
Cewek-cewek
yang sebelumnya beringsut wajahnya akibat molor berkepanjangan, jadi fresh
kembali. Jadi Pede lagi... Bisa dibayangkan apa yang dilakukan selanjutnya?
Yap, foto-foto di depan mesjid. Hana abeh-abeh. Ipit pakarnya. Gaya dia nggak
ada matinya. Zahra ternyata hobi juga. Kak Inur kehabisan gaya sampe-sampe
gayanya kayak mau latihan pesawat terbang. Aku berkali-kali mau ambil foto sendiri, tapi selalu nggak
berhasil, datang yang lain lah, penampakan bang Andi di belakang lah. Padahal sama-sama
mati gaya. Hanya pengen eksis juga,haha.
gaya pesawat terbang ala kak Inur *_* |
ckckck |
dimana2 juga ada paparazzi...ckckck |
Duo tentor English (Kak Dara n Kak Mayda) |
Duo tentor Biologi |
Sesi
foto-foto berakhir dan perjalanan dilanjutkan. Ah, akhirnya nyampe juga di
Nagan. Baru kali ini aku bertandang ke tempat ini. Selanjutnya nyari rumah
pestanya. Habis setengah jam kayaknya mondar-mandir cari alamat. Nelpon
sana-sini, akhirnya ada yang jemput. Alhamdulillah, sampe juga di rumah dara
baronya, kak Marlita Rahman. Rombongan langsung beralih ke meja ala pran. Maklum,
perut tentor-tentor semakin beringas, konon lagi setelah kejadiaan naas. Sehabis
menyantap makanan lezat ala pesta, kami memasuki ruang tempat sepasang
pengantin bersinggahsana. Dan terlihatlah bang Fajar dan istrinya memakai
pakaian adat Jawa, duduk anggun. Bang Fajar pun berdiri seketika dan mengucap
beberapa kata bahasa Jawa yang nggak aku ngerti. Sindrom usilnya kumat jika
ngumpul dengan tentor-tentor SSC.
Ah,
akhirnya aku bisa kenal juga kak Marlita Rahman. Sebelumnya cuma tahu namanya.
Ternyata cantik dan anggun. Pantesan bang Fajar langsung nyater, hahaha. Bang
Andi dengan gaya sok serius minta didoain agar cepet nyusul juga. Saking nggak
sabarnya, diambilnya belangko (apa sih namanya?) dari kepala bang Fajar dan
dipakaikan ke kepala sendiri. Udah macam sufi aja, cocok dengan updetan status
hari-hari bang Andi di facebook.
Foto-foto
lagi. Kali ini versi lengkap. Semua kafilah dipaksa dimuatkan dalam satu foto.
Abang fotografer sampe bingung ngaturnya. Berdoa aja, mudah-mudahan
pelaminannya nggak keropos setelah kami tinggalkan.
“udah berdiri terus yang rapi,
biar saya ambil” kata abang fotografer mengarahkan kameranya.
“Bukan ambil bang, jepret” sahut
bang Andi. Sempat-sempatnya -_-
Tu..wa..bangka! Ceklik!
Abis foto, sungkeman bentar sama pasangan
pengantin. Berdoa, mengucap tahniah, bisik-bisik, ngusilin, banyak metodenya.
Setelah itu pamit seakan-akan mau pulang, ternyata di luar nyangkut lagi di
kursi tamu. Dokumentasi lagi donk. Kali ini yang bikin heboh, cinta segitiganya
Mas Coy, kak Malis, dan Bang Hendra. Kak Malis berfoto sambil gonta-ganti
pasangan, pertama sama bang Hendra, terakhir sama mas Coy. Tiga lelaki kalem
diseberang meja terlihat aman dari goncangan. Bang Iwan, bang Faisal, dan Bang
Said ngomong seadanya saja.
Bg hadis, Bg Fajar, bg Andi |
Keroyok-1 |
Keroyok-2 |
'the most wanted' waktu baru nyampe |
zona akhwat, Ipit, n pisang |
lihatlah perbedaan pisang sebelum dan sesudah. |
duo merah + kameramen = segi 3 |
Setelah
menghabiskan banyak pisang yang tergantung di pelataran pesta, kami pun masuk
mobil lagi. Sesampai di Meulaboh, kami menyempatkan diri mampir ke rumah kak
Cut Ria yang juga ikut bersama kami. Tibalah kami di rumah adem dengan anggotanya
yang adem pula itu. Wah, rupanya umminya kak Cut Ria cantik banget. Pantesan
kak Cut Ria juga cantik. Dari kami yang belum jamak shalat Ashar, segera saja
ditunaikan. Zahra bahkan bilang ia jamak shalatnya sampe Isya (ada pula?). Kami
dijamu dengan hangat oleh keluarga kak Cut Ria. Ada teh aroma gula digongseng (menurut
pengakuan kak Elly) dan bakwan dengan
saus manis yang memikat selera. Aku cuma sempat makan dua biji. Pas balik dari
ganti baju, rupanya udah abis.Huhuhu. Menoleh dan menatap penuh kemarahan pada
bang Said yang duduk pas di hadapan piringan besar berisi bakwan yang sekarang
kosong. *ah, sebatas dramatisasi :D
bakwan pas depan bg Sayid |
Kak Elly n Me |
rame2 di rumah kak Ria |
senang ka troe pruet :D |
penampakan bg Erik |
Setelah
banyak merepotkan anggota keluarga kak Ria, kami mohon pamit. Karena mobilnya
dirental, jadi kami harus kembali ke banda Aceh malam itu juga. Kak Ria pun
ikut kami. Baru berjalan sebentar, udah magrib. Kami turun di salah satu mesjid
daerah Teunom. Sehabis shalat,kami makan malam di seberang jalan mesjid itu.
Rombongan mobil kami banyak yang memesan sate kacang. Kak Inur sesekali
mengingatkan bahwa itu kacang, rentan ‘gejolak’. Namun pada akhirnya beliau
ikut makan juga. Di tengah-tengah makan, Ipit merepresentasikan tebak-tebakan
konyol ala kak Mayda.
“apa beda lalat sama lalyat?”
tanyanya dengan logat Acehnese yang kental di kata terakhir. Yang ditanya
hening.
“Kalo lalat itam, kalo lalyat
ityam” sahutnya sendiri dengan logat menjadi-jadi. Yang lain tertawa
terbahak-bahak.
“apa beda sayang dengan
tsayyang?” jeda”kalo sayang cinta, kalo tsayyang cintheeaa” timpal Zahra lagi.
Makin malam, usilnya makin meradang sepertinya. Dilanjutkan dengan gayanya yang
meniru suzana di film horor edisi abang sate.
“bang, satenya baaang..hihihihihihihih”
ngeri juga. Bulu kudukku berdiri. Asli, kapan-kapan kalo mau dubbing suara
kuntilanak, bisa kontrak Zahra. :D
Perutpun kenyang, perjalanan
pulang dilanjutkan. Bang sopir membuang rokoknya yang masih panjang, demi
kenyamanan kami di dalam mobil. Kami memang anti pengasapan, dari awal sudah
kami wanti-wanti. Pokoknya kami udah sepakat (setelah diskusi panjang lebar)
bahwa suami kami kelak free pengasapan. Cieeeh... ckckck!
Di luar sudah gelap, tak ada
sesuatu pun yang bisa dinikmati pemandangannya sekarang. Aku milih tidur.
Kusibakkan jaket hitam ke seluruh tubuh biar hangat. Padahal tidak hujan, tapi
kaca mobil beruap. Dingin karena berada di areal hutan. Sesampai di suatu daerah
(gak tau namanya karena gelap), ternyata ada longsor. Aku pun terbangun. Semua mobil mengambil jalur
cadangan. Ngeri juga, malam-malam dingin abis hujan gini, banjir dan longsor
dimana-mana. Dari dalam mobil kulihat mobil-mobil besar semacam truk perata
tanah. Beberapa pekerja memakai jaket, menantang dinginnya malam di tengah
hutan. Tapi yang namanya cari nafkah ya gini, yang penting halal, anak istri
tidak kelaparan. Aku bersyukur bisa nyari nafkah di SSC, udah nggak perlu
menantang dingin, dikasih jalan-jalan gratis pula. Alhamdulillah :D
Setelah
melewati zona longsor, kami pun terlelap lagi. Benar-benar tak sadarkan diri.
Aku berharap tak terjaga saat mobil melintasi Gurutee dan sekitarnya. Dan
untungnya saat aku terbangun, mobil kami sudah berada di kawasan Lampeuneurut.
Ternyata mobil kami yang sempat naas inilah yang duluan nyampe di SSC. Kami
menunggu lainnya sambil menguap berkali-kali. Jam sudah menunjukkan jam
setengah 12 malam. Akhirnya yang lain
tiba sesaat kemudian. Dibantu mas Coy aku pun mengeluarkan mio kesayanganku dan
beranjak pulang ke kos bareng Zahra dan Ipit.
*setelah dinget-inget seru juga
jalan-jalan jauh kayak gini. Bisa nambah keakraban dan mengenal satu sama lain.
Pokoknya SSC tetap di hati! :D
Selamat Membina Keluarga Baru Bang
Fajar Okta Widarta dan Kak Marlita Rahman. Semoga menjadi keluarga sakinah,
mawaddah, dan warahmah. Mendapatkan
keturunan yang sholeh serta sholehah.
Diberikan rejeki yang berkah dan semoga selalu di dalam lindungan serta kasih sayang Allah. Amiin J
Diberikan rejeki yang berkah dan semoga selalu di dalam lindungan serta kasih sayang Allah. Amiin J
Ai bang Fajar hana peugah2 bak awak nagan, dren ka ino digampong lon:-s
BalasHapushehe.. kenal bg fajar juga rupanya ya.. :)
BalasHapusmakasi ud berkunjung.