Searching...
Kamis, 11 Juli 2013

SSC Ondewey


Hari ini bertepatan tanggal 11 juni 2013 adalah Independent Day-nya bang Fajar Okta Widarta. Kami selaku kerabat kerja beliau di bimbingan belajar Sony Sugema College, ikut meramaikan acara walimah beliau di Desa Purwodadi, Nagan Raya. Jadilah kami berangkat dari Banda Aceh jam 08.00 pagi. Pertamanya sih rencana berangkat jam 07.00, tapi ngaret juga ceritanya. Aku yang sebelumnya nggak tau pasti kunjungannya jadi apa nggak, mendadak packing setelah dapat sms dari Kak dara bahwa keberangkatannya jam 7 pagi.
Akhirnya sampai juga di SSC jam 07.30 (ngaret juga saya -_-). Disana beberapa tentor udah mulai nampak batang hidungnya. Kebanyakan tentor ceweknya berdandan cantik ala pesta. Olala, memang bener kata siswa dan orang-orang, tentor-tentor SSC emang kece-kece. Kak inur dengan ligat meminta tolong bang Erik untuk memasukkan sepeda motornya ke gedung SSC. Aku ikut-ikutan, minta tolong bang Erik untuk masukkan sepeda motorku juga, tapi beliau hanya menoleh pada bang Iwan. Akhirnya atas budi bang Iwan, sepeda motorku sukses diselamatkan. Aku baru ingat, sebelumnya sempat beli kue Nusa Indah 2 biji untuk bekal sarapan pagi. Belum lagi kukeluarkan dari tas, kak Inah, tentor sebidang denganku malah nodong minta makanan duluan. Akhirnya kami pun berbagi makanan. Disebelah kami ada kak Elly dan kak Lia yang berebutan nasi bungkus. Selain itu, ada kak Inur yang bawa bekal dari rumah, juga ikut dihampiri kak Inah. Memang kak Inah ahlul makan deh.  *peace kak :D
                Sedang enak-enaknya mengisi perut, muncullah dua orang kembar beda rupa. Keduanya pake baju kemeja biru dongker. Dari tampangnya jadi inget gedung SSC jadul yang di sebelah kimia farma. Lama banget udah. Merekalah tentor dewa bang Andi dan satu lagi bang ‘belum tahu namanya’. Akhirnya tahu juga dari orang-orang kalo nama beliau Faisal, mengajar di sekolah yang sama dengan bang Andi, yaitu di Fatih Bilingual School Putra.
                Selagi nanya-nanya masalah kendaraan apa yang ditumpangi, aku merasa ada yang nggak enak. Ada apa dengan perutku? Oh, benar-benar nggak tau sikon perut ini. Akhirnya aku berlari ke dalam gedung. Toilet mana toilet? Di depan toilet sempat berebutan masuk dengan Bang Andi yang memiliki misi yang sama. Akhirnya dengan penuh kewibawaan bang Andi mengalah demi juniornya. Namun belum sempat lama bersemedi di dalamnya, sebuah suara mengejutkanku.
“Kita berangkat, mobil udah datang”
Buru-buru aku selesaikan semua urusan dan berhamburan ke luar gedung. Ada 3 kijang innova yang siap menghantar kami. Dua berwarna hitam, satu berwarna putih. Aku pun ikut masuk innova putih yang notabene semua cewek, kecuali sopirnya. Di depan ada innova hitam berisi orang-orang manajemen dan beberapa orang tentor. Di belakang, innova satunya lagi memuat tentor cowok. Tak jadi langsung berangkat karena harus nunggu dua orang tentor lagi. Karena perjalanan jauh, beberapa orang sudah menyiapkan jurus antimonya. Sambil menunggu, kami, penumpang innova putih, melongok ke arah luar mobil. Terlihatlah 3 orang yang sedang melakukan ‘pengasapan’ (maaf, istilahnya dikonotasikan demi menjaga aib saudara kita). Dua orang adalah sopir dan satunya lagi, bang Andi! (nama orang ini akan terus hadir di part-part selanjutnya, maklumlah, artis fenomenal! :D) Kak lia yang membawa camdig pun dengan sigap mengabadikan momen itu, mungkin mau kasi liat ke calon-calon istri bang Andi yang anti ‘pengasapan’ sebagai barang bukti.
3 tersangka 'pengasapan' :P
                Setelah menunggu sekitar 15 menit, tibalah Zahra dan Ipit, dua tentor yang saat dirindukan kedatangannya saat itu. Zahra udah berdandan anggun versi ‘zona akhwat’, minjem istilah bang Erik. Ipit tiba-tiba panik. Ia lupa bawa jilbab untuk di hijaber-kan. Dia bilang buru-buru pergi karena baru nyampe dari kampung. Nelpon kak Mayda yang tinggalnya di Lhoknga untuk dimintai pinjam jilbab. Akhirnya, yes! dapat. Transaksi penumpang pun berjalan express. Zahra ikut mobil kami sedangkan Ipit masuk mobil orang manajemen.
Gadis2 penunggu Innova putih :D
                Mobil manajemen berangkat duluan untuk jemput kak Mayda. Tak lama, dua mobil yang lainnya pun menancap gas. Rupanya hujan ikut menemani perjalanan kami kali ini. Sempat khawatir juga dengan jalanan licin dan rentan longsor di daerah Gurutee. Berdoa pun dimulai. Sepanjang perjalanan, kami tim innova putih berhaha-hihi riang. Kak Lia kumat narsisnya, dikeluarkanlah camdig yang memuat barang bukti bang Andi. Dan nggak perlu nunggu lama, narsismepun mewabahi penumpang-penumpang yang lain. Setelah capek bernarsis ria, aku pun menghabiskan banyak waktu untuk menatap pemandangan di luar sana. Alam Lhoknga dan Gurutee yang memukau. Aku dan Kak Inah sempat memburu beberapa fotonya. Aku sendiri lebih sibuk memfoto buliran air yang hinggap di kaca mobil. Ntah hapa! -_-
percikan hujan di kaca mobil

ombaknya gede :o

                Kak Inah tiba-tiba mengeluarkan bekal makanan yang disumbang tim manajemen. Beliau tersenyum-senyum malu sambil merobek plastik pembungkus snack itu. Nyam.nyam. Aku ikut lapar juga. Kali ini aku membela diriku sendiri dari terjangan penglihatan orang-orang yang melihatku makan tanpa henti.
“Hujan-hujan gini, metabolisme memang berjalan lancar. Panas dihasilkan untuk menjaga suhu tubuh tetap normal” ujarku disambut anggukan tentor lain yang kebanyakan biologi. Zahra yang tentor kimia dan kak Elly tentor IPS selaku nyonya (sebutanku karena beliau duduk paling depan menemani pak sopir) hanya diam.
“Ayo, kimia, sambung!” seru kak Lia.
“Oh, kalo kimia, persamaan reaksinya C6H1206 plus O2...blablabla.” sambungku lagi berlagak tentor kimia.
Pembicaraan pun berganti topik. Kak Inur berkisah tentang pengerokan emas dalam bumi yang menyebabkan banjir dan longsor. Berhubung di luar hujan dan mungkin beliau terinspirasi dari itu. Lalu kak Elly dengan humor jam dinding beralih fungsi jadi kipas anginnya. Atau kak Lia yang curhat mengenai dua fans barunya di SSC, hayoo.. siapa? Haha.
                Oia, hampir lupa! Disampingku duduk seorang kakak yang sebelumnya tak kukenal namanya. Kusangka tentor juga, rupanya beliau mengelak. Nama beliau Fatma, teman kak Inur,Bang Fajar dan kak Marlita Rahman (istri bang Fajar), yang berarti kakak letingku juga di kampus. Aku, kak Inur, kak Lia, kak Inah, dan Bang Fajar berasal dari fakultas yang sama dan aku adalah leting paling muda. Sama-sama tentor biologi juga di SSC. Perkenalan pertama dengan kak Fatma berjalan lancar, hingga cerita ini itu. Sambung menyambung bersama kak Inah yang juga duduk di bangku paling belakang.
                Kak Inur dan kak Fatma tiba-tiba mabuk darat. Kak Inur bahkan hampir 3 ronde mengeluarkan plastik dari saku bangku. Kak Fatma hanya sempat sekali ber’gejolak’, istilah beliau. Aku disampingnya hanya bisa mengelus-ngelus punggungnya tanpa melihat, takut ikut bergejolak juga. Kak inah pun berbakti dengan membukakan aqua gelas untuk kak Fatma.
                Memang ada firasat nggak nyaman sebelumnya, entah gimana bentuknya. Dan benar saja! Mobil yang kami tumpangi tiba-tiba menikung karena menghindari sebuah mobil yang tiba-tiba membelok pelan tanpa menghidupkan lampu samping. Akhirnya kami beserta mobil terjerembab ke daratan yang agak dalam. Kak Elly di depan sampai basah kuyup karena air menggerayangi kakinya sebatas lutut. Bang sopir mengeluh sakit di bagian pangkal pahanya. Kak Inur yang saat kejadian tertidur, sekilas mengalami geger otak ringan. Kepalanya tertimpuk keras ke sandaran bangku di depannya. Untungnya penumpang yang lain masih sadar, jadi tak ikutan geger otak. Kami pun keluar dari mobil naas itu. Rombongan yang lainnya menyusul ke TKP. Mobil terpaksa harus digerek keluar pakai mobil lain. Bapak yang mengendarai mobil membelok itu ikut turun juga. Raut menyesal tergaris jelas di wajahnya dan beliau bersedia tanggung jawab.
korban harus mengungsi sementara waktu

mobil naas kami *model: kak lia


bantuan datang
Our hero finally comes *prok3 :P
               
Sambil menunggu mobil ditarik keluar dari TKP, kami menuju sebuah rumah di sebelah jalan. Karena kondisi hujan lebat, kami harus mencari tempat berteduh. Tentor dari mobil yang lainnya ikut bergabung, situasi penuh haru pun dimulai. Bang Kana dengan sifat kebapakan bertanya apakah kami trauma? Anak-anak (baca:kami) menggeleng. Bang Andi dan sopir tim Innovanya tiba di tempat. Mereka yang sudah jauh melesat ke depan kembali lagi karena mendengar berita ini. Sedangkan tentor cowok yang lain ditinggalkan di keude kupi kecil nun jauh depan sana. Sebuah suara terdengar mengelu-elukan keheroik’an bang Andi, dkk. Ada bang Kana, bang Hendra, dan tiga abang sopir Innova, yang rela berbasah-basahan untuk membantu. Salut bener pokoknya!
                Alhamdulillah mobil dan awaknya tidak kenapa-napa. “sempat kenapa-napa, padahal kita belum nikah” ujar kak Lia histeris. Yang lain menggangguk tanda seide. Mobil berhasil ditarik keluar dan dibawa ke rumah tempat kami bernaung sementara. Setelah diperiksa, rupanya ada yang mengganjil pada bannya, namun tidak mengganggu proses jalan sepertinya. Kami pun akhirnya kembali menaiki mobil tersebut dengan sedikit rasa was-was. Sesampai di keude kupi kecil nun jauh depan sana, suasana haru sesyen dua. Tentor-tentor cowok yang sedang ‘pengasapan’ dan ngopi menoleh ke arah kami. Bang Erik dengan gaya heroik dipaksakan datang menghampiri kaca mobil.
“Lia, nggak apa-apa?” tanya beliau. “huu, yang ditanya malah Lia aja” sorak yang lain dalam mobil. Lalu, bang Erik memastikan bahwa beliau udah nelpon kak Lia berkali-kali karena khawatir. Kak Lia mengelak bahwa bang Andi-lah yang pertama sekali menelpon dan langsung datang ke tempat kejadian. Cinta segitiga dimulai. Ditengah perseteruan mereka,  Zahra yang udah mulai membuka suara sejak insiden mobil naas itu nyeletuk,
“Bang Erik gitu kali. Zahra nggak ada siapa yang nelpon”
“Ah, kalo Zahra susah ntar, kan Zona Akhwat” kata bang Erik lagi sambil mingkem. Hahaha. Udah terbentuk cinta segi empat kayaknya. Ada-ada aja.
lokasi haru sesyen dua :D
Kami pun ikut turun juga sekedar untuk melihat dunia luar dan ikutan nongkrong sebentar di kedai itu. Hmm.. indah pemandangannya. Semula menjempret pemandangan, terakhir jepret orang juga. -_- Fenomena mengejutkan lainpun hadir. Bang Hadis yang perannya tak muncul dari pertama akhirnya menyembul. Terlihat asap-asap di samping beliau. O, mungkin asap kopi panas, pikirku. Tapi, kenapa ada batang yang dibakar itu? Ah benar saja! Bang Hadis melakukan pengasapan! Heboh sejagad raya! Sampe kak Mayda dan Kak Dara, duo tentor English nggak sanggup mikir. Seorang bang Hadis yang gimanaaaa gitu, ternyata!
                Setelah mengepul-ngepulkan asap bareng, kami pun beranjak lagi. Di tengah perjalanan, mobil hening dengan musik menyala pelan. Kami semua tertidur, kecuali bang sopir. Sekitar satu jam lebih, terbangun dan menyadari bahwa kami sudah landing di mesjid Agung, mesjid termegah di Meulaboh. Semua keluar dari peraduan dan mencari kamar mandi. Kegiatan dilanjutkan dengan Shalat Dhuhur, BAB, BAK, wudhu, dandan, ganti baju de el el. Kak Mayda yang paling kisruh dengan dandanannya. Semula dirias sama kak Elly, udah cantik. Selanjutnya, untuk jilbab giliran Ipit sang hijaber yang bermain. Setelah mutar kain sana-sini, kak Mayda kehilangan mood. Akhirnya beliau pake jurus jilbaban sendiri. Ciat.ciat! jadi.
                Cewek-cewek yang sebelumnya beringsut wajahnya akibat molor berkepanjangan, jadi fresh kembali. Jadi Pede lagi... Bisa dibayangkan apa yang dilakukan selanjutnya? Yap, foto-foto di depan mesjid. Hana abeh-abeh. Ipit pakarnya. Gaya dia nggak ada matinya. Zahra ternyata hobi juga. Kak Inur kehabisan gaya sampe-sampe gayanya kayak mau latihan pesawat terbang. Aku berkali-kali mau ambil foto sendiri, tapi selalu nggak berhasil, datang yang lain lah, penampakan bang Andi di belakang lah. Padahal sama-sama mati gaya.  Hanya pengen eksis juga,haha.

gaya pesawat terbang ala kak Inur *_*

ckckck

dimana2 juga ada paparazzi...ckckck

Duo tentor English (Kak Dara n Kak Mayda)

Duo tentor Biologi
                Sesi foto-foto berakhir dan perjalanan dilanjutkan. Ah, akhirnya nyampe juga di Nagan. Baru kali ini aku bertandang ke tempat ini. Selanjutnya nyari rumah pestanya. Habis setengah jam kayaknya mondar-mandir cari alamat. Nelpon sana-sini, akhirnya ada yang jemput. Alhamdulillah, sampe juga di rumah dara baronya, kak Marlita Rahman. Rombongan langsung beralih ke meja ala pran. Maklum, perut tentor-tentor semakin beringas, konon lagi setelah kejadiaan naas. Sehabis menyantap makanan lezat ala pesta, kami memasuki ruang tempat sepasang pengantin bersinggahsana. Dan terlihatlah bang Fajar dan istrinya memakai pakaian adat Jawa, duduk anggun. Bang Fajar pun berdiri seketika dan mengucap beberapa kata bahasa Jawa yang nggak aku ngerti. Sindrom usilnya kumat jika ngumpul dengan tentor-tentor SSC.
                Ah, akhirnya aku bisa kenal juga kak Marlita Rahman. Sebelumnya cuma tahu namanya. Ternyata cantik dan anggun. Pantesan bang Fajar langsung nyater, hahaha. Bang Andi dengan gaya sok serius minta didoain agar cepet nyusul juga. Saking nggak sabarnya, diambilnya belangko (apa sih namanya?) dari kepala bang Fajar dan dipakaikan ke kepala sendiri. Udah macam sufi aja, cocok dengan updetan status hari-hari bang Andi di facebook.
                Foto-foto lagi. Kali ini versi lengkap. Semua kafilah dipaksa dimuatkan dalam satu foto. Abang fotografer sampe bingung ngaturnya. Berdoa aja, mudah-mudahan pelaminannya nggak keropos setelah kami tinggalkan.
“udah berdiri terus yang rapi, biar saya ambil” kata abang fotografer mengarahkan kameranya.
“Bukan ambil bang, jepret” sahut bang Andi. Sempat-sempatnya -_-
Tu..wa..bangka! Ceklik!
Abis foto, sungkeman bentar sama pasangan pengantin. Berdoa, mengucap tahniah, bisik-bisik, ngusilin, banyak metodenya. Setelah itu pamit seakan-akan mau pulang, ternyata di luar nyangkut lagi di kursi tamu. Dokumentasi lagi donk. Kali ini yang bikin heboh, cinta segitiganya Mas Coy, kak Malis, dan Bang Hendra. Kak Malis berfoto sambil gonta-ganti pasangan, pertama sama bang Hendra, terakhir sama mas Coy. Tiga lelaki kalem diseberang meja terlihat aman dari goncangan. Bang Iwan, bang Faisal, dan Bang Said ngomong seadanya saja.
Bg hadis, Bg Fajar, bg Andi

Keroyok-1

Keroyok-2
'the most wanted' waktu baru nyampe

zona akhwat, Ipit, n pisang

lihatlah perbedaan pisang sebelum dan sesudah.

duo merah + kameramen = segi 3


                Setelah menghabiskan banyak pisang yang tergantung di pelataran pesta, kami pun masuk mobil lagi. Sesampai di Meulaboh, kami menyempatkan diri mampir ke rumah kak Cut Ria yang juga ikut bersama kami. Tibalah kami di rumah adem dengan anggotanya yang adem pula itu. Wah, rupanya umminya kak Cut Ria cantik banget. Pantesan kak Cut Ria juga cantik. Dari kami yang belum jamak shalat Ashar, segera saja ditunaikan. Zahra bahkan bilang ia jamak shalatnya sampe Isya (ada pula?). Kami dijamu dengan hangat oleh keluarga kak Cut Ria. Ada teh aroma gula digongseng (menurut pengakuan kak Elly)  dan bakwan dengan saus manis yang memikat selera. Aku cuma sempat makan dua biji. Pas balik dari ganti baju, rupanya udah abis.Huhuhu. Menoleh dan menatap penuh kemarahan pada bang Said yang duduk pas di hadapan piringan besar berisi bakwan yang sekarang kosong. *ah, sebatas dramatisasi :D
bakwan pas depan bg Sayid

Kak Elly n Me

rame2 di rumah kak Ria

senang ka troe pruet :D

penampakan bg Erik

                Setelah banyak merepotkan anggota keluarga kak Ria, kami mohon pamit. Karena mobilnya dirental, jadi kami harus kembali ke banda Aceh malam itu juga. Kak Ria pun ikut kami. Baru berjalan sebentar, udah magrib. Kami turun di salah satu mesjid daerah Teunom. Sehabis shalat,kami makan malam di seberang jalan mesjid itu. Rombongan mobil kami banyak yang memesan sate kacang. Kak Inur sesekali mengingatkan bahwa itu kacang, rentan ‘gejolak’. Namun pada akhirnya beliau ikut makan juga. Di tengah-tengah makan, Ipit merepresentasikan tebak-tebakan konyol ala kak Mayda.
“apa beda lalat sama lalyat?” tanyanya dengan logat Acehnese yang kental di kata terakhir. Yang ditanya hening.
“Kalo lalat itam, kalo lalyat ityam” sahutnya sendiri dengan logat menjadi-jadi. Yang lain tertawa terbahak-bahak.
“apa beda sayang dengan tsayyang?” jeda”kalo sayang cinta, kalo tsayyang cintheeaa” timpal Zahra lagi. Makin malam, usilnya makin meradang sepertinya. Dilanjutkan dengan gayanya yang meniru suzana di film horor edisi abang sate.
“bang, satenya baaang..hihihihihihihih” ngeri juga. Bulu kudukku berdiri. Asli, kapan-kapan kalo mau dubbing suara kuntilanak, bisa kontrak Zahra. :D
Perutpun kenyang, perjalanan pulang dilanjutkan. Bang sopir membuang rokoknya yang masih panjang, demi kenyamanan kami di dalam mobil. Kami memang anti pengasapan, dari awal sudah kami wanti-wanti. Pokoknya kami udah sepakat (setelah diskusi panjang lebar) bahwa suami kami kelak free pengasapan. Cieeeh... ckckck!
Di luar sudah gelap, tak ada sesuatu pun yang bisa dinikmati pemandangannya sekarang. Aku milih tidur. Kusibakkan jaket hitam ke seluruh tubuh biar hangat. Padahal tidak hujan, tapi kaca mobil beruap. Dingin karena berada di areal hutan. Sesampai di suatu daerah (gak tau namanya karena gelap), ternyata ada longsor. Aku pun  terbangun. Semua mobil mengambil jalur cadangan. Ngeri juga, malam-malam dingin abis hujan gini, banjir dan longsor dimana-mana. Dari dalam mobil kulihat mobil-mobil besar semacam truk perata tanah. Beberapa pekerja memakai jaket, menantang dinginnya malam di tengah hutan. Tapi yang namanya cari nafkah ya gini, yang penting halal, anak istri tidak kelaparan. Aku bersyukur bisa nyari nafkah di SSC, udah nggak perlu menantang dingin, dikasih jalan-jalan gratis pula. Alhamdulillah :D
                Setelah melewati zona longsor, kami pun terlelap lagi. Benar-benar tak sadarkan diri. Aku berharap tak terjaga saat mobil melintasi Gurutee dan sekitarnya. Dan untungnya saat aku terbangun, mobil kami sudah berada di kawasan Lampeuneurut. Ternyata mobil kami yang sempat naas inilah yang duluan nyampe di SSC. Kami menunggu lainnya sambil menguap berkali-kali. Jam sudah menunjukkan jam setengah 12 malam.  Akhirnya yang lain tiba sesaat kemudian. Dibantu mas Coy aku pun mengeluarkan mio kesayanganku dan beranjak pulang ke kos bareng Zahra dan Ipit.
*setelah dinget-inget seru juga jalan-jalan jauh kayak gini. Bisa nambah keakraban dan mengenal satu sama lain. Pokoknya SSC tetap di hati! :D
Selamat Membina Keluarga Baru Bang Fajar Okta Widarta dan Kak Marlita Rahman. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Mendapatkan keturunan yang sholeh serta sholehah.
Diberikan rejeki yang berkah  dan semoga selalu di dalam lindungan serta kasih sayang Allah. Amiin
J


2 komentar:

  1. Ai bang Fajar hana peugah2 bak awak nagan, dren ka ino digampong lon:-s

    BalasHapus
  2. hehe.. kenal bg fajar juga rupanya ya.. :)
    makasi ud berkunjung.

    BalasHapus

 
Back to top!