Hari ini kegiatan lebih banyak
di asrama. Merapikan barang-barang dan berlama-lama di depan PC. Waa,
notifikasi dan inbox fb banyak sekali. Tak sanggup balasnya satu-satu. Akhirnya
kuputuskan untuk updet status saja bahwa aku sudah sampai dengan selamat. Me’like
semua komentar dan membubuhkan smiley ‘^_^’ di bagian komentar paling bawah
status sebagai balasan untuk semua dan untuk -menandakan aku baik-baik saja
disini. Maaf ya teman-teman ^^’
Nah, dari pagi sampai siang itu
pula aku habiskan waktu untuk menulis pengalaman-pengalaman. Lumayan untuk
nambah entry blog yang sudah bersarang laba-laba. Sebelum disibukkan kuliah,
aku bertekad menulis sebanyak mungkin. Rugi kan, kalau terlewatkan begitu saja,
hehe. Siangnya, aku dan Pocut diajak Pak Nyoman ke Toko Hyaku-en (100 yen). Ditemani
senpai Into juga. Tapi, Annisa tak bisa ikut kali ini karena ia harus
mengantarkan ibunya ke bandara. Alhamdulillah kali ini kami berdua dapat
pinjaman sepeda gratis. Jadi kami berempat berangkat dari kaikan bersama-sama
dengan sepeda masing-masing. Aaa.. menyenangkan sekali naik sepeda sambil
melihat-lihat sekitar. Jalanan Fukui Perfecture memang agak sedikit lengang.
Karena transportasi disini lebih mendayagunakan kereta api. Udaranya sejuk
walaupun cuaca cerah. Rumah-rumah minimalis ala Jepang tertata rapi di tepian. Pohon-pohon
maple hampir meranggas. Semak-semak berbunga di tepi jalan saja indahnya luar
biasa. Insting biologiku mencuat, ingin rasanya kuidentifikasi satu persatu
nama tanaman itu. Ah, tapi nanti saja!
Kami melewati banyak zebra cross
untuk pejalan kaki dan pendayung sepeda. Saat lampu menyala hijau dengan gambar
orang berjalan, kami bisa lanjut. Perjalanan terasa jauh, karena Pak Nyoman
sempat salah mengarahkan jalan. Kami harus mutar lagi. Dan akhirnya sampailah
kami ke toko beberapa lantai itu.Waa, rupanya harga barang-barang di toko itu
kebanyakan memang berharga 100 yen. Murah! Cantik-cantik lagi barangnya! Ingin
beli banyak, tapi aku harus berhemat. Barang-barang yang berlabel lain
harganya, ada yang lebih murah, adapula yang lebih mahal. Akhirnya dapat juga
colokan listrik yang sangat dinanti-nanti. Kami tak beli banyak, karena kami
akan pergi ke gedung Fukui International Activity (FIA) sebentar lagi, menemui
teman-teman Indonesia yang lainnya.
Ternyata gedung ini memang pusat
semua kegiatan mahasiswa Fukui Daigaku. Ada ruang bacaan di lantai satu. Ruang
tempat anggota PPI ada di lantai 2. Kami bertemu banyak teman disitu, ada Mas Yanto,
Mas Ruslan, Mbak Tari, Mbak Asih, dan Benny, ketua PPI baru pengganti Pak
Nyoman. Sebagai anggota baru, kami pun memperkenalkan diri. Lalu ada latihan
tari poco-poco untuk penampilan di Festival Fukui Internasional yang akan
diadakan tiga mingguan lagi. Kami diajak ikut bergabung dan kami mengiyakan.
Mereka akan menjadi keluarga baru kami disini jadi kami tak mau mengasingkan
diri. Jadilah kami ikut berpoco-poco ria :D
Perpustakaan dan ruang baca FIA |
Liat... pada belajar semua tuh! |
Latihan Poco-Poco bersama anggota PPI |
Setelah selesai sore itu, kami
mohon pamit. Kami berencana kembali ke toko hyaku-en untuk beli barang-barang
yang tertunda tadi. Bukannya hanya mengantar, tapi dua senpai kami itu ikut
menemani juga hingga pulang. Mereka khawatir kalau-kalau kami tersesat mungkin.
Baiknyaa :’)
Keesokan harinya kami punya janji
dengan tutor untuk membuat alien registration form. Hmm. Semacam ktp lah. Kemudian
juga buat rekening bank dan kartu askes. Chika-san tak bisa ikut kali ini
karena ia punya part-time job. Jadilah guide kami Cuma Mayu-san seorang. Dan
ternyata, Mayu-san itu tinggal jauh dari Fukui. Ia naik kereta api selama 50
menit untuk sampai disini. Tapi dia selalu on-time. Sedangkan Chika-san tinggal
di apartemen sebelah Fukui daigaku.
Kami bertiga pun memesan tiket train ke kota lain seharga 150 yen.
Tujuan kali ini adalah City hall, gedung walikota, tempat buat KTP. Hanya butuh
waktu 15 menit, kami keluar dari train dan kemudian berjalan kaki sepuluh menit
ke City hall. Kantornya nyaman, dan pelayanannya juga sangat ramah. Totalitas
kerja mereka itu luar biasa. Kami tak tahu mereka dibayar banyak atau sedikit,
yang jelas, they are awesome J
Alhamdulillah akhirnya selesai
juga buat KTP. Pocut masih belum cukup umur rupanya. Dia disuruh balik lagi Desember
depan agar umurnya genap 20 tahun. Setelah itu kami kembali lagi naik train ke
kota asal, memesan tiket dengan harga yang sama. Lalu menuju Fukui Bank untuk
buat rekening. Untungnya petugas bank itu bisa mengerti Bahasa Inggris walaupun
sedikit. Kukerahkan uang 1000 yen untuk tabungan pertama sedangkan Pocut 5000
yen. Setelah buku bank diprint rupanya tertukar, uang 5000 masuk ke rekeningku
dan 1000 yen masuk ke rekening Pocut. Waduh, mereka khilaf! Untungnya kami
saudaraan, coba kalo orang lain, pasti repot jadinya. Sedangkan ginko kado
(bank card) belum bisa siap hari ini. Nanti akan dikirim ke kaikan, jelas
petugas bank itu. Kami pun pulang ke kediaman masing-masing setelah itu.
Keesokan harinya, sabtu kami tak
banyak kegiatan. Mengulur waktu pagi hanya di kaikan. Bosan juga. Oia, di tiap
ruangan ada telepon yang bisa tersambung ke ruangan lainnya. Sebelumnya Pocut
sudah pernah coba menggunakannya. Tinggal tekan nomor kamar di tuts telepon,
tersambung deh. Akhirnya kucoba hubungi Pocut dan berhasil. Aku menyarankan
untuk keluar jalan-jalan sesudah dzuhur. Berhubung sepedanya Nisa sedang
menganggur, aku berinisiatif untuk meminjamnya. Yeay, akhirnya dapat dan kami
memulai petualangan baru berdua!
Kami mengayuh sepeda menyusuri
jalanan yang lengang. Karena tidak tahu menahu soal arah, jadi kami bergerak
lurus saja, agar mudah untuk mencari jalan pulang. Udaranya sejuk menusuk
tulang, padahal hari masih siang. Panas matahari tak terlalu menyengat. Jaket
yang kugunakan tetap saja gagal menghalau dingin. Setelah agak jauh berjalan,
aku melihat pegunungan di seberang jembatan sungai. Kami pun sepakat mengayuh
hingga mencapai kaki gunung itu.
Saat sepeda kami melewati
jembatan sungai, kami pun turun sebentar untuk dokumentasi. Alamnya itu menyegarkan
sekali. Semak berbunga kuning itu tumbuh di sebagian besar tempat. Tampak
seperti taman. Tampak seperti sengaja ditanam. Padahal itu semak belukar.
Sungainya pun luas, jernih dan karena tak berbatu, kami tak jadi turun sampai
ke alirannya. Sekilas mengingatkanku pada sungai di bawah Jembatan Lamnyong di
belahan dunia sana :’)
wah, lupa nampakin jembatannya -_- |
sepeda-an kemana-mana asik juga ^_^ |
Akhirnya sampai juga kami di
jalan di kaki gunung itu tanpa harus melewati jalan yang menanjak. Dari sini
bisa melihat sawah dan sungai dengan view yang bagus. Beberapa rumah mungkin
dihuni petani dan buruh pabrik di atas gunung itu. Tapi, dare mo inai (tak ada
orang). Hanya beberapa mobil dan kereta balap yang sesekali lewat. Beberapa
ekor burung gagak hitam sampai bertengger di tanah mencari makan. Entah mengapa
aku selalu ngeri melihat burung itu, jadi membayangkan perannya dalam film-film
hantu dan sihir. Tapi burung yang banyak disini ya burung itu. Bahkan di
kaikan, kampus, tempat perbelanjaan juga ada hewan ini. Kami tak turun, hanya
melewati saja. Hutan gelap dengan pohon tertancap rapi serta daerah pemakaman
di kemiringan gunung membuat kami tak betah. Entah kenapa jadi mengingat
siluman-siluman di serial kartun Inuyasha yang kutonton dulu. Ngeri bah!
Kami pun beraksi tak sesuai
niat. Pulang dari arah yang berbeda, dengan acuan gedung Fukui Daigaku yang
terlihat di antara gedung-gedung yang lain. Untung saja gedungnya itu tinggi,
jadi kemanapun pergi, kami tahu arah jalan pulang. Jalanan yang dilewati
sekarang sudah agak kekotaan. Wah ternyata ada depato (supermarket) Apita yang
pernah kami datangi bersama mbak Dewi kemarin ituh. Lumayan lengkap disana
barang-barangnya. Lagi pun kami mau cari sandal untuk acara Bon Odori di
Maruoka Old Castle yang akan diadakan beberapa hari lagi. Kesana dulu ah :D
CLBK (Cuma Liat Beli Kagak) di bagian grosir barang2 kerajinan tangan depato Apita :D |
Setelah mondar-mandir di depato
itu ternyata tak ada sandal yang menarik. Jam 3 waktunya shalat ashar. Kami
wudhu di toilet. Saat wudhu, khususnya saat mencuci kaki, kami selalu waspada
agar tak dilihat orang lain. Kalo ketahuan pasti repot, lha kok nyuci kaki di
westafel. Selain itu juga, westafel ditinggalkan dalam kondisi kering, bukan
basah. Karena kalo basah, orang Jepang jadi tak nyaman menggunakannya. Jadilah
tiap abis wudhu kami ambil tisu toilet agak banyak dan mengelap air yang ruah.
Hal itu juga kerap kami lakukan saat wudhu di westafel daigaku (kampus). Setelah
wudhu, kami menuju lantai paling atas, yang di luarnya itu ada tempat parkiran
mobil. Menggunakan aplikasi penunjuk arah kiblat di smartphone, kami pun shalat
satu persatu. Tak peduli orang lewat dan memerhatikan kami dengan sangkaannya
masing-masing.
Selanjutnya kembali cuci mata di
dalam depato itu. Kali ini menyusup di bagian bahan dapur. Belanja sayur, ikan,
dan buah. Ternyata disini lebih murah dari market Culsa dekat kaikan.
Kapan-kapan belanja kesini lagi, walaupun agak jauh yang penting murah, aku
membatin sambil nyengir. Karena keasikan belanja, aku dan Pocut jadi terpisah.
Mana belum punya handphone pula. Setelah membayar di kasir, aku keluar depato
dan menuju tempat parkiran sepeda kami. Tunggu disini saja, daripada harus
mencari Pocut ke dalam depato lagi. Hari sudah mau magrib, kami harus segera
pulang. Selang beberapa menit, akhirnya Pocut sampai di parkiran dan kami
beranjak pulang. Hampir saja kehujanan saat sepeda mulai menapaki komplek
perumahan kampus. Disini jam 5 saja sudah gelap. Apatah lagi kalau mendung.
Tapi hari ini sungguh petualangan yang mendebarkan sekaligus menyenangkan!
Jalan-jalan tanpa tahu jalan, hanya gedung Fukui Daigaku sebagai acuan! Voylaaa!
J
*First adventure. There will be any
adventures after these. In Shaa Allah. Experience is the best teacher. ^_^
Our Regards : Isra and Pocut :) |
Oh, berarti dijepang harus 20 tahun dulu baru bisa dapat ktp ya.. Acara Bon Odori itu apa?
BalasHapusiyaa..
BalasHapusbon odori itu tarian. Semacam perayaan gitu.
Seru yaa di sana, byak hal baru smuanya pengen d tulis... kincong deh blognya. ^^
BalasHapusiya.. bener bgt. makasi isni ud mampir :)
BalasHapuszaaah ikutannnnn dong hahaha
BalasHapushwayuuuk... dgn senang hati :)
HapusSeruunyee....>_<
BalasHapussanah.. i'll waiting for you dear :)
Hapuscantik website ne,, gisa
BalasHapuswaa, ada tamu spesial ^^ Doumo arigatou gisa-san :)
HapusCongratulation ya, sdh dberi kesempatan y sgt brharga tuk mmpelajari bnyak hal dsna :D
BalasHapus*maaf baru sempat comment skrg, sy selalu mmbaca tulisan2 Rising Sakura-nya, keep writing!!
haha, pengennya sih buat syair kayak iqbal. :D
Hapustp awak bisanya cuma buat cerita ringan macam ini. tp, mdh2n bs menghibur dan menginspirasi. Sukses jg buat Iqbal di Turki sana. Terima kasih sdh mau mengunjungi :)