Searching...
Senin, 21 Oktober 2013

Raising Sakura Part-4


Hari ini kegiatan lebih banyak di asrama. Merapikan barang-barang dan berlama-lama di depan PC. Waa, notifikasi dan inbox fb banyak sekali. Tak sanggup balasnya satu-satu. Akhirnya kuputuskan untuk updet status saja bahwa aku sudah sampai dengan selamat. Me’like semua komentar dan membubuhkan smiley ‘^_^’ di bagian komentar paling bawah status sebagai balasan untuk semua dan untuk -menandakan aku baik-baik saja disini. Maaf ya teman-teman ^^’
Nah, dari pagi sampai siang itu pula aku habiskan waktu untuk menulis pengalaman-pengalaman. Lumayan untuk nambah entry blog yang sudah bersarang laba-laba. Sebelum disibukkan kuliah, aku bertekad menulis sebanyak mungkin. Rugi kan, kalau terlewatkan begitu saja, hehe. Siangnya, aku dan Pocut diajak Pak Nyoman ke Toko Hyaku-en (100 yen). Ditemani senpai Into juga. Tapi, Annisa tak bisa ikut kali ini karena ia harus mengantarkan ibunya ke bandara. Alhamdulillah kali ini kami berdua dapat pinjaman sepeda gratis. Jadi kami berempat berangkat dari kaikan bersama-sama dengan sepeda masing-masing. Aaa.. menyenangkan sekali naik sepeda sambil melihat-lihat sekitar. Jalanan Fukui Perfecture memang agak sedikit lengang. Karena transportasi disini lebih mendayagunakan kereta api. Udaranya sejuk walaupun cuaca cerah. Rumah-rumah minimalis ala Jepang tertata rapi di tepian. Pohon-pohon maple hampir meranggas. Semak-semak berbunga di tepi jalan saja indahnya luar biasa. Insting biologiku mencuat, ingin rasanya kuidentifikasi satu persatu nama tanaman itu. Ah, tapi nanti saja!
Kami melewati banyak zebra cross untuk pejalan kaki dan pendayung sepeda. Saat lampu menyala hijau dengan gambar orang berjalan, kami bisa lanjut. Perjalanan terasa jauh, karena Pak Nyoman sempat salah mengarahkan jalan. Kami harus mutar lagi. Dan akhirnya sampailah kami ke toko beberapa lantai itu.Waa, rupanya harga barang-barang di toko itu kebanyakan memang berharga 100 yen. Murah! Cantik-cantik lagi barangnya! Ingin beli banyak, tapi aku harus berhemat. Barang-barang yang berlabel lain harganya, ada yang lebih murah, adapula yang lebih mahal. Akhirnya dapat juga colokan listrik yang sangat dinanti-nanti. Kami tak beli banyak, karena kami akan pergi ke gedung Fukui International Activity (FIA) sebentar lagi, menemui teman-teman Indonesia yang lainnya.
Ternyata gedung ini memang pusat semua kegiatan mahasiswa Fukui Daigaku. Ada ruang bacaan di lantai satu. Ruang tempat anggota PPI ada di lantai 2. Kami bertemu banyak teman disitu, ada Mas Yanto, Mas Ruslan, Mbak Tari, Mbak Asih, dan Benny, ketua PPI baru pengganti Pak Nyoman. Sebagai anggota baru, kami pun memperkenalkan diri. Lalu ada latihan tari poco-poco untuk penampilan di Festival Fukui Internasional yang akan diadakan tiga mingguan lagi. Kami diajak ikut bergabung dan kami mengiyakan. Mereka akan menjadi keluarga baru kami disini jadi kami tak mau mengasingkan diri. Jadilah kami ikut berpoco-poco ria :D
Perpustakaan dan ruang baca FIA
Liat... pada belajar semua tuh!
Latihan Poco-Poco bersama anggota PPI
Setelah selesai sore itu, kami mohon pamit. Kami berencana kembali ke toko hyaku-en untuk beli barang-barang yang tertunda tadi. Bukannya hanya mengantar, tapi dua senpai kami itu ikut menemani juga hingga pulang. Mereka khawatir kalau-kalau kami tersesat mungkin. Baiknyaa :’)
Keesokan harinya kami punya janji dengan tutor untuk membuat alien registration form. Hmm. Semacam ktp lah. Kemudian juga buat rekening bank dan kartu askes. Chika-san tak bisa ikut kali ini karena ia punya part-time job. Jadilah guide kami Cuma Mayu-san seorang. Dan ternyata, Mayu-san itu tinggal jauh dari Fukui. Ia naik kereta api selama 50 menit untuk sampai disini. Tapi dia selalu on-time. Sedangkan Chika-san tinggal di apartemen sebelah Fukui daigaku.
Kami bertiga pun memesan tiket train ke kota lain seharga 150 yen. Tujuan kali ini adalah City hall, gedung walikota, tempat buat KTP. Hanya butuh waktu 15 menit, kami keluar dari train dan kemudian berjalan kaki sepuluh menit ke City hall. Kantornya nyaman, dan pelayanannya juga sangat ramah. Totalitas kerja mereka itu luar biasa. Kami tak tahu mereka dibayar banyak atau sedikit, yang jelas, they are awesome J
Alhamdulillah akhirnya selesai juga buat KTP. Pocut masih belum cukup umur rupanya. Dia disuruh balik lagi Desember depan agar umurnya genap 20 tahun. Setelah itu kami kembali lagi naik train ke kota asal, memesan tiket dengan harga yang sama. Lalu menuju Fukui Bank untuk buat rekening. Untungnya petugas bank itu bisa mengerti Bahasa Inggris walaupun sedikit. Kukerahkan uang 1000 yen untuk tabungan pertama sedangkan Pocut 5000 yen. Setelah buku bank diprint rupanya tertukar, uang 5000 masuk ke rekeningku dan 1000 yen masuk ke rekening Pocut. Waduh, mereka khilaf! Untungnya kami saudaraan, coba kalo orang lain, pasti repot jadinya. Sedangkan ginko kado (bank card) belum bisa siap hari ini. Nanti akan dikirim ke kaikan, jelas petugas bank itu. Kami pun pulang ke kediaman masing-masing setelah itu.
Keesokan harinya, sabtu kami tak banyak kegiatan. Mengulur waktu pagi hanya di kaikan. Bosan juga. Oia, di tiap ruangan ada telepon yang bisa tersambung ke ruangan lainnya. Sebelumnya Pocut sudah pernah coba menggunakannya. Tinggal tekan nomor kamar di tuts telepon, tersambung deh. Akhirnya kucoba hubungi Pocut dan berhasil. Aku menyarankan untuk keluar jalan-jalan sesudah dzuhur. Berhubung sepedanya Nisa sedang menganggur, aku berinisiatif untuk meminjamnya. Yeay, akhirnya dapat dan kami memulai petualangan baru berdua!
Kami mengayuh sepeda menyusuri jalanan yang lengang. Karena tidak tahu menahu soal arah, jadi kami bergerak lurus saja, agar mudah untuk mencari jalan pulang. Udaranya sejuk menusuk tulang, padahal hari masih siang. Panas matahari tak terlalu menyengat. Jaket yang kugunakan tetap saja gagal menghalau dingin. Setelah agak jauh berjalan, aku melihat pegunungan di seberang jembatan sungai. Kami pun sepakat mengayuh hingga mencapai kaki gunung itu.
Saat sepeda kami melewati jembatan sungai, kami pun turun sebentar untuk dokumentasi. Alamnya itu menyegarkan sekali. Semak berbunga kuning itu tumbuh di sebagian besar tempat. Tampak seperti taman. Tampak seperti sengaja ditanam. Padahal itu semak belukar. Sungainya pun luas, jernih dan karena tak berbatu, kami tak jadi turun sampai ke alirannya. Sekilas mengingatkanku pada sungai di bawah Jembatan Lamnyong di belahan dunia sana :’)
wah, lupa nampakin jembatannya -_-
sepeda-an kemana-mana asik juga ^_^
Akhirnya sampai juga kami di jalan di kaki gunung itu tanpa harus melewati jalan yang menanjak. Dari sini bisa melihat sawah dan sungai dengan view yang bagus. Beberapa rumah mungkin dihuni petani dan buruh pabrik di atas gunung itu. Tapi, dare mo inai (tak ada orang). Hanya beberapa mobil dan kereta balap yang sesekali lewat. Beberapa ekor burung gagak hitam sampai bertengger di tanah mencari makan. Entah mengapa aku selalu ngeri melihat burung itu, jadi membayangkan perannya dalam film-film hantu dan sihir. Tapi burung yang banyak disini ya burung itu. Bahkan di kaikan, kampus, tempat perbelanjaan juga ada hewan ini. Kami tak turun, hanya melewati saja. Hutan gelap dengan pohon tertancap rapi serta daerah pemakaman di kemiringan gunung membuat kami tak betah. Entah kenapa jadi mengingat siluman-siluman di serial kartun Inuyasha yang kutonton dulu. Ngeri bah!
Kami pun beraksi tak sesuai niat. Pulang dari arah yang berbeda, dengan acuan gedung Fukui Daigaku yang terlihat di antara gedung-gedung yang lain. Untung saja gedungnya itu tinggi, jadi kemanapun pergi, kami tahu arah jalan pulang. Jalanan yang dilewati sekarang sudah agak kekotaan. Wah ternyata ada depato (supermarket) Apita yang pernah kami datangi bersama mbak Dewi kemarin ituh. Lumayan lengkap disana barang-barangnya. Lagi pun kami mau cari sandal untuk acara Bon Odori di Maruoka Old Castle yang akan diadakan beberapa hari lagi. Kesana dulu ah :D
CLBK (Cuma Liat Beli Kagak) di bagian grosir barang2 kerajinan tangan depato Apita :D
Setelah mondar-mandir di depato itu ternyata tak ada sandal yang menarik. Jam 3 waktunya shalat ashar. Kami wudhu di toilet. Saat wudhu, khususnya saat mencuci kaki, kami selalu waspada agar tak dilihat orang lain. Kalo ketahuan pasti repot, lha kok nyuci kaki di westafel. Selain itu juga, westafel ditinggalkan dalam kondisi kering, bukan basah. Karena kalo basah, orang Jepang jadi tak nyaman menggunakannya. Jadilah tiap abis wudhu kami ambil tisu toilet agak banyak dan mengelap air yang ruah. Hal itu juga kerap kami lakukan saat wudhu di westafel daigaku (kampus). Setelah wudhu, kami menuju lantai paling atas, yang di luarnya itu ada tempat parkiran mobil. Menggunakan aplikasi penunjuk arah kiblat di smartphone, kami pun shalat satu persatu. Tak peduli orang lewat dan memerhatikan kami dengan sangkaannya masing-masing.
Selanjutnya kembali cuci mata di dalam depato itu. Kali ini menyusup di bagian bahan dapur. Belanja sayur, ikan, dan buah. Ternyata disini lebih murah dari market Culsa dekat kaikan. Kapan-kapan belanja kesini lagi, walaupun agak jauh yang penting murah, aku membatin sambil nyengir. Karena keasikan belanja, aku dan Pocut jadi terpisah. Mana belum punya handphone pula. Setelah membayar di kasir, aku keluar depato dan menuju tempat parkiran sepeda kami. Tunggu disini saja, daripada harus mencari Pocut ke dalam depato lagi. Hari sudah mau magrib, kami harus segera pulang. Selang beberapa menit, akhirnya Pocut sampai di parkiran dan kami beranjak pulang. Hampir saja kehujanan saat sepeda mulai menapaki komplek perumahan kampus. Disini jam 5 saja sudah gelap. Apatah lagi kalau mendung. Tapi hari ini sungguh petualangan yang mendebarkan sekaligus menyenangkan! Jalan-jalan tanpa tahu jalan, hanya gedung Fukui Daigaku sebagai acuan! Voylaaa! J
*First adventure. There will be any adventures after these. In Shaa Allah. Experience is the best teacher. ^_^
 
Our Regards : Isra and Pocut :)





12 komentar:

  1. Oh, berarti dijepang harus 20 tahun dulu baru bisa dapat ktp ya.. Acara Bon Odori itu apa?

    BalasHapus
  2. iyaa..
    bon odori itu tarian. Semacam perayaan gitu.

    BalasHapus
  3. Seru yaa di sana, byak hal baru smuanya pengen d tulis... kincong deh blognya. ^^

    BalasHapus
  4. iya.. bener bgt. makasi isni ud mampir :)

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. waa, ada tamu spesial ^^ Doumo arigatou gisa-san :)

      Hapus
  6. Congratulation ya, sdh dberi kesempatan y sgt brharga tuk mmpelajari bnyak hal dsna :D

    *maaf baru sempat comment skrg, sy selalu mmbaca tulisan2 Rising Sakura-nya, keep writing!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, pengennya sih buat syair kayak iqbal. :D
      tp awak bisanya cuma buat cerita ringan macam ini. tp, mdh2n bs menghibur dan menginspirasi. Sukses jg buat Iqbal di Turki sana. Terima kasih sdh mau mengunjungi :)

      Hapus

 
Back to top!