Searching...
Sabtu, 28 Desember 2013

Fuyu (Musim Dingin) Pertama


  1.                 

     Ini musim salju pertama dalam hidupku! Aku yang sebelumnya hanya terbiasa dengan suhu di atas 28 sekarang malah harus berteman dengan 0 atau bahkan di bawahnya! Pembungkusan diri pun dimulai, baju 4 lapis dengan luaran coat, bawahan 4 lapis, jilbab dengan syal yg terkadang diganti kupluk, kaos kaki tebal, boots yang tak kalah tebalnya juga, dan terakhir sarung tangan musim dingin. Persis kayak tumpukan kain kotor berjalan! Tapi nasib anak tropis yang tak pernah mencicipi musim dingin ya begini! Kontras sekali dengan gaya pemudi Jepang yang sempat-sempatnya ber-mini skirt dengan short tipis. Aku sampai heran dibuatnya. Itu kaki dibuat dari apa gitu? -_-
    Pertama turun salju jujur saja aku terharu. Mungkin karena indah itu saja. Padahal sebelumnya aku tak begitu antusias dengan salju, lebih suka musim seminya. Ternyata salju itu menyenangkan juga. Butiran-butirannya yang ringan begitu mudahnya ditiup angin. Sejenak membuat segala penat dan masalah ringan juga bersamaan dengan tebarannya. Ah, entah sejak kapan aku mulai melankolis saat melihat salju. Paling 5 atau 10 menit saja aku bertahan menatap dan menikmati sentuhan lembutnya di atas winter coat-ku. Selebihnya kembali ngacir ke dalam ruangan dan menghangatkan diri. Dingin sekali!
    Dan musim dingin juga merupakan musim pemborosan. Pemborosan listrik tentunya dan ujung-ujungnya duit lagi. Karena ‘hemat itu pangkal kaya’ maka kubiarkan diriku akrab dengan dingin sewaktu-waktu. Heater kunyalakan satu jam saja saat tidur dengan menggunakan timer. Jadi gak banyak ngabisin listrik, toh? Tapi permasalahan tak hanya sampai disitu saja. Waktu selebihnya tanpa heater tetap saja bikin menggigil walaupun tubuh udah dijejal baju 1 meter tebalnya (pleonasme ini menunjukkan betapa dinginnya sebenarnya disini). Karena keseringan menggigil, gigi mengatup rapat dan mengalami tekanan. Aku khawatir, seabis musim dingin bisa-bisa gigiku maju ke depan beberapa centi. Yang benar saja!
    Aku sangat mengerti kalau cuaca dingin itu bikin metabolisme lancar. Jadi normal saja kalo bentar-bentar terasa lapar. Tapi kalo tiap setengah jam dengan rajinnya menghampiri kulkas dan kompor bisa bikin tekor juga! Udah belanjanya mahal, kompor listrik pada nagih uang juga! Belum lagi penimbunan kalori di tubuh yang berlangsung bertubi-tubi. Aktivitas yang berkurang di musim dingin bisa jadi salah satu faktor juga. Orang Jepang biasanya menghabiskan musim dingin dengan berkemul di bawah kotatsu. Semua aktifitas seperti makan, tidur, nonton tv, ngerjain tugas, kebanyakan ya di bawah meja dengan selimut tebal plus penghangat itu. Aku jadi pengen punya juga satu, tapi kasian juga diriku yang sudah malas ini jadi tambah malas karenanya. Sampai sekarang aku masih bertahan dengan pakaian tebal 1 meterku. Dan sebenarnya kutulis ini dengan tenaga yang masih bersisa. Dengan gigi yang masih mengatup rapat. Dan mungkin sebentar lagi aku bakal masak udon dan makan lagi. Sebenarnya menulis ini saja sudah merupakan perjuangan berat bagiku saudara-saudara! Aku mencoba berkonsentrasi dan mencoba mencairkan kebekuan di antara jari-jariku saat mengetik. Dan sungguh jika aku mencari kenyamanan dan memutuskan menyalakan heater, maka yang datang selanjutnya bukanlah inspirasi melainkan bill listrik. Serba dilema -_-

6 komentar:

  1. ya ampun kirain share pengalamannya dengan salju, gataunya dia curhat men [-(

    BalasHapus
  2. hahahahhaa..... Ternyata kalo mau datang musim salju, bagusnya harus nabung dulu ya.. wkwkwkkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah.. begitulah kira-kira bg ferhat. padahal mau nabung buat masa depan, tp malah abis buat yg satu ini ;-( ;-( ;-(

      Hapus
  3. Hahaha, dompet pun ikut kedinginan kena salju.. menyusut! =))

    BalasHapus
  4. iya dong bg nazri.. semua kena imbas -_-

    BalasHapus

 
Back to top!