Ah, akhirnya tiba juga saatnya aku berangkat ke negeri Sakura.
Tapi bukannya santai di hari itu, aku malah disibukkan dengan berbagai
keperluan yang belum terselesaikan. Seperti, buat master visa, narik uang di
ATM, ambil omiyage dan barang-barang lainnya di rumah Pocut, pamit dengan
Mura-sensei, dll. Huff.. rupanya melelahkan sekali. Salahku juga, kenapa tidak
menyelesaikan urusan sebelumnya. Hal yang paling disesalkan adalah tidak
bertemu dengan Mura-sensei. Hari itu sudah dua kali aku ke rumahnya namun
beliau tak ada. Sebenarnya beliau sudah memberitahu bahwa beliau tak di rumah
hari itu. Tapi aku ingin datang, walaupun hanya untuk menitipkan omiyage. Tapi
rumahnya kosong, jadi aku memutuskan menitipkannya pada teman kosanku untuk
diberikan pada Mura-sensei. Doumo
arigatou Mura-sensei, tanpa jasamu mungkin kami akan bisu disini. Jazakillah
khairan katsira :’)
Aku berangkat dari
kampung halaman pagi-pagi bersama keluarga hari itu. Sempat kena marah juga
kenapa urusannya tak diselesaikan jauh-jauh hari. Kesal, pada diriku sendiri. Nanti di Jepang,
tidak boleh begini lagi, batinku. Setelah
selesai akhirnya siang aku dan keluarga berangkat ke bandara. Selang
beberapa menit, teman-teman sekelasku di kampus pada datang. Disusul teman
halaqah, teman kosan, dan beberapa kenalan yang lainnya. Waa, terharu. Banyak
yang mengiringi keberangkatanku. Arigatou. J
Di antara mereka juga
banyak yang menitipkan doa. Misalnya: doa agar cepat lulus kuliah, bisa keluar
negeri, hingga pertemuan/ jodoh. Atau titip bawa pulang bunga sakura, foto
bunga snowdrop saat winter, atau tulis nama di suatu tempat di Jepang agar
nanti bisa dikunjungi. Dan mereka repot-repot memberikanku hadiah
kenang-kenangan, macam aku ini mau pergi lama saja. But, alhamdulillah. Aku
menerimanya dengan senang hati. Terima kasih. J
Omiyage dari teman-teman. aRIGATOU ^^ |
Setelah check in, aku
masih bisa bertemu keluarga dan teman-teman. Suasana haru pun dimulai,
diselingi juga dengan sesi foto-foto sebagai kenang-kenangan. Aku pamit dengan
keluarga. Sedih rasanya, tapi aku tak menangis. Mungkin sudah kering, manakala
aku mengalirkannya di tiap-tiap sujudku sebelumnya. Ah, teman-temanku.. Mungkin
saat aku pulang, mereka sudah wisuda dan beberapa mungkin akan mengabdi di
kampung halaman masing-masing. Semoga kalian semua sukses :’)
teman sekelas + kosan. yang kecil, keponakan2 ku |
teman sekelas di kampus :') |
Pramugari langsung mengarahkan agar handphone dimatikan saat hendak masuk pesawat. Jadilah aku tak bisa meng-sms siapapun. Pocut di sampingku malah masih menelpon dan ia pun ditegur pramugari. Jujur saja, ini pengalaman pertamaku naik burung mesin ini. Apapun peralatannya terasa asing. Untung Pocut, teman seperjuanganku ke Jepang memberikan instruksi pemakaian. Ia sudah melalang-buana naik pesawat, jadi tak awam lagi baginya. Alhamdulillah walaupun sedikit pening saat pesawat tinggal landas, tapi itu tidak menghalangi proses berikutnya. Hingga saat pramugari menghidangkan beef noodle dan beberapa minuman, everything is ok.
Oia, aku duduk
ditengah. Di samping kiriku ada Pocut, dan di samping kananku, seorang bule!
Cowok lagi. OMG. Aku hanya menyunggingkan senyum saja. Selebihnya tak ada
bahasa yang mengalun di antara kami. Disini saja aku enggan ngomong sama bule,
gimana kalo disana?! Kuungkapkan kegelisahan ini pada Pocut, dan dia bilang, Tenang...
disana bule’ semua, gak mungkin dong kita jadi bisu. Oia yaa..
Tiga jam kemudian,
sampailah kami di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Langsung check-in
penerbangan berikutnya ke Denpasar. Wah, di Jakarta aja, culture shock kitah! Aku
berseru pada Pocut, dan dia hanya senyum saja. Ini memang pertama bagiku, jadi
maklum saja. Aku melihat beberapa foreigner melihat kami dengan tatapan tanda
tanya mungkin. Akan kain di atas kepala ini. Ah, abaikan!
Beberapa menit di
waiting room, kami pergunakan untuk menelpon orangtua dan teman. Kemudian,
terdengar pengumuman bahwa penumpang pesawat Garuda nomor sekian-sekian harus
segera memasuki pesawat. Sambil menunggu antrian masuk, aku dan Pocut
memanfaatkan momen ini untuk narsis sesaat. Di dalam pesawat kami sebangku
dengan orang Indonesia. Tapi selang waktu 1,5 jam itu kami habiskan untuk
menikmati hiburan movie di seat monitor. Sambil makan nasi plus steak dan
dessert yang dihidangkan hingga ludes.
Dan tibalah kami di
Bandara Ngurah Rai, Denpasar sekitar jam 10. Check in lagi untuk penerbangan
selanjutnya ke Kansai International Airport (KIX) di Osaka. Sambil menunggu
kami langsung menuju mushola untuk menjamak shalat magrib dan Isya. Kemudian di
waiting room kembali mengontak keluarga masing-masing. Lagi-lagi orang melihat
kami. Jadi agak risih. Ya Allah, masih di Indonesia saja penampakannya sudah
begini, gumamku dalam hati. Agak heran, melihat beberapa wanita ras mongoloid
berpakaian fashionable kayak artis korea. Rok mini, celana kaos ketat
transparan, dengan baju menampakkan lekuk-lekuk tubuh. Ditambah tatapan agak
sinis dan ketidakacuhan mereka, semua itu.. membuatku takut! Tiba-tiba aku
rindu kampung halaman, hiks.
Perjalanan ke KIX
menelan waktu sekitar 6 jam. Di sampingku ada 2 cewek Jepang! Kusapa walau
hanya dengan ‘sumimasen’ dan arigatou’. Peningkatan yang lumayan kan, hehe.
Selebihnya menghabiskan waktu dengan menonton, makan snack, dan tidur. Pocut
meminta pramugari Indonesia untuk membangunkan kami saat subuh tiba. Tapi karena
mungkin dia lupa, jadi kami terbangun sendiri. Lalu tayamum dan shalat subuh di
bangku pesawat. Waktu sarapan pun tiba, ada menu omelet natural, beef pastrami,
lyonnaise potatoos and sauteed mushrooms. Blablabla.
Ah, akhirnya sampai
juga di Kansai Airport. Ini serasa masih di alam mimpi. Baru tersadar saat Pocut
ngajak foto di bagian exit pesawat. Bahwa aku pagi ini, sudah di Jepang!
Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar!
**dedicated to my big
family and my friends. Thanks for your goodness. I’ll be fine here. In Shaa
Allah. J
barang bawaan kami overload, hehe |
Pocut Shaliha Finzia. I'm nothing without her :') |
Bareng Pramugari Jepang |
Kansai International Airport |
Iser, Alhamdulillah you fine there, Miss U :'(
BalasHapusmiss u too ukhty :')
BalasHapusLuar biasa ya.. Jadi kepengin juga ni belajar ke luar negeri..
BalasHapusTolong buatin jg ya artikel tentang tips-tips bisa belajar ke luar,, :)
Terima kasih sdh berkunjung.
HapusInsyaAllah akan dibuat :)
Selamat berjuang Isra san... :)
BalasHapussiip dek nuu! :)
Hapusseruuuuuuuuu....
BalasHapusditulis terus ya Isra... mumpung kampusnya belum begitu sibuk.
ditunggu cerita Jepang selanjutnyaa..
siap, bg ferhat! :)
Hapusso nice.. keep spirit :)
BalasHapustitip salam untuk pocut ya ^^
terima kasih.. Salamnya sdh disampaikan :)
Hapus